Kamis, 11 Juni 2020

Mencari Rumah Tanpa Keluar Rumah????? Kok Bisa?!?

#DiRumahAja bisa cari rumah? 

Ditengah pandemi COVID-19 ini, masyarakat dihimbau untuk tetap #DirumahAja untuk memutus rantai penyebaran. Pemerintah pun menetapkan Pembatasan Berskala Besar (PSBB) disejumlah wilayah untuk meminimalisir interaksi antar masyarakat. Sehingga banyak kegiatan terhambatan seperti aktivitas pembelajaran, perdagangan, perkantoran dan masih banyak lagi.
            Salah satu aktivitas yang terdampak karena PSBB ini yaitu mencari rumah. Karena masyarakat dihimbau tetap dirumah dan apabila keluar rumah tanpa alasan yang jelas maka akan mendapat sanksi. Namun untuk masyarakat yang mencari rumah tidak perlu khawatir untuk tidak mencari rumah ditengah pandemi ini. Kini cukup dengan satu gengaman untuk bisa mewujudkan rumah idaman dan tanpa keluar rumah, KOK BISA??

            Karena Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PPDPP PUPR) telah menghadirkan Aplikasi berbasis Android untuk mencari Rumah dengan #DiRumahAja, yaitu Aplikasi SiKasep.
            Aplikasi SiKasep ini bisa diunduh melalui Playstore. Aplikasi cari rumah bersubsidi ini memiliki fitur lengkap untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Fitur utama SiKasep seperti lokasi rumah idaman,perumahan sekitar rumah idaman, pilih bank KPR FLPP, cek status pengajuan KPR, dan “lain-lain.”
Sebelum dapat menggunakan SiKasep, pengguna harus memasukkan data pribadi termasuk nomor KTP, NPWP serta informasi jumlah penghasilan per bulan. Setelah mengunggah foto diri memegang KTP, serta foto KTP asli, baru pengguna bisa masuk ke aplikasi ini.
Fitur di aplikasi SiKasep berbasis koordinat, sehingga pengguna dapat mengajukan permohonan KPR subsidi seperti KPR Sejahtera FLPP atau lainnya kepada bank yang diinginkan. Pengguna juga bisa memeriksa status pengajuan KPR bersubsidinya.
alur aplikasi

            Selain itu, Aplikasi SiKasep ini memiliki banyak fitur dan keunggulan sehingga pengguna lebih mudah mengakses dan menggunakan aplikasi ini. 
Keunggulan lain dari aplikasi KPR milik pemerintah ini adalah pengguna akan terhubung dengan pemerintah, bank pelaksana, dan pengembang melalui sistem “host to host”. Keamanan aplikasi pun terjamin, karena SiKasep telah disertifikasi oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).


  • Untuk mendapatkan aplikasi ini, caranya sangat mudah yaitu instal melalui playstore.

  • Kemudian pengguna mendaftarkan diri pada halaman depan SiKasep dengan mengklik Daftar dan mengisi data diri berupa nama, kata sandi, nomor KTP, nomor NPWP, jumlah penghasilan, nomor ponsel, dan centang kolom persetujuan. Pada tahap ini pengguna juga diminta untuk mengupload foto diri dan KTP pengguna. Apabila pengguna sudah mendaftarkan diri, klik Masuk pada halaman depan SiKasep dengan memasukkan nomor KTP dan kata sandi,

  • Setelah pendaftaran berhasil, pengguna dapat masuk kedalam aplikasi Sikasep dan menentukan lokasi rumah yang diinginkan (provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan). pada menu cari lokasi rumah sejahtera FLPP, pengguna akan disajikan sebaran rumah FLPP yang berisi tentang informasi nama pengembang, nama perumahan, alamat perumaham, dan informasi unit rumah. Apabila perumahan subsidi tidak ditemukan di sekitar lokasi rumah idaman pengguna, aplikasi SiKasep akan membantu pengguna untuk menemukan rumah pada menu Lokasi Lain.

  •  Apabila pengguna telah yakin dengan pilihan rumah subsidinya maka pengguna dapat memilih bank pelaksana penyalur FLPP yang diinginkan.

  • Pada menu cek status pengajuan KPR, pengguna dapat memantau tahapan proses perkembangan pengajuan KPR subsidinya, tahapan proses akan menyala hijau apabila pengguna telah lolos dalam tahap tersebut dan dapat melanjutkan ketahap selanjutnya. Apabila menyala merah artinya pengguna tidak lolos pada tahap tersebut dan tidak dapat lanjut pada tahap selanjutnya.

  • Apabila pengguna lolos pada tahap verifikasi bank, maka bank KPR FLPP akan menghubungi pengguna untuk menindaklanjuti proses yang diajukan dan melakukan proses permohonan pencairan dana FLPP kepada PPDPP. Tahap ini merupakan tahap terakhir pada proses pengajuan KPR FLPP pengguna.
Setelah ini,  apabila pengguna telah melewati seluruh proses tahapan dengan baik maka pengguna berhak untuk memiliki rumah subsidi idamannya. Dengan langkah pengajuan yang sederhana dan tidak ribet ini, beserta keunggulan dan keamanannya SiKasep sangat membantu masyarakat dalam mewujudkan dan mencari rumah idaman tanpa keluar rumah.


#1dekadeFLPP
#KaryaTulisSiKasep
#DBLKaryaTulisSiKasep




Sumber : 
https://ppdpp.id/mencari-rumah-tanpa-keluar-rumah/
https://kpr.online/aplikasi-rumah-bersubsidi-sikasep/2/
https://ppdpp.id/mencari-rumah-tanpa-keluar-rumah/
Share:

Rabu, 01 Januari 2020

SERAT WEDHATAMA

Serat Wedhatama adalah Sastra tembang atau kidungan jawa karya Mangkunegara IV Wedhatama (berasal dalam bahasa  Jawa; Wredhatama) yang berarti serat (tulisan/karya) wedha (Ajaran) tama (keutamaan/utama) Wedhatama merupakan ajaran luhur untuk membangun budi pekerti dan olah spiritual bagi kalangan raja-raja Mataram, tetapi diajarkan pula bagi siapapun yang berkehendak menghayatinya. Wedhatama menjadi salah satu dasar penghayatan bagi siapa saja yang ingin “laku” spiritual dan bersifat universal lintas kepercayaan atau agama apapun. Karena ajaran dalam Wedhatama bukan lah dogma agama yang erat dengan iming-iming  ersu dan ancaman neraka, melainkan suara hati nurani, yang menjadi “jalan setapak” bagi siapapun yang ingin menggapai kehidupan dengan tingkat spiritual yang tinggi. Mudah diikuti dan dipelajari oleh siapapun, diajarkan dan dituntun step by step secara rinci. Puncak dari “laku” spiritual yang diajarkan serat Wedhatama adalah; menemukan kehidupan yang sejati, lebih memahami diri sendiri, manunggaling kawula-Gusti.


Kinanthi

Dikanthi-kanthi (diarahkan dan dibimbing) agar menjadi manusia sejati. Yang selalu menjaga bumi pertiwi. Pupuh kinanthi dalam serat wedhatama mengandung isi ajaran-ajaran tentang
1.    Mempertajam perasaan / kepekaan perasaan agar menyingkirkan hawa nafsu supaya menjadi manusia yang berbudi luhur dengan cara bersemedi / bersepi-sepi dari keramaian agar mendapat ketenangan hati dan jiwa.
2.    Agar selalu waspada untuk selalu mengetahui penghalang dalam hidup ( mawas diri) dan selalu menghilangkan keragu-raguan dalam hati supaya mantap dalam melangkah untuk berbuat kebaikan.
3.    Menghilangkan iri dengki, tidak berhati panas, tidak mengganggu orang lain, dan tidak melampiaskan hawa nafsu, namun hanya lah diam agar tenang.
4.    Ajaran bahwa mengikuti kebaikan-kebaikan yang telah diajarkan sebagai langkah agar mencapai kemuliaan.


K I N A N T H I
01 Mangka kantining tumuwuh, salami mung awas eling, eling lukitaning alam, wedi weryaning dumadi, supadi niring sangsaya, yeku pangreksaning urip.
Padahal bekal hidup,selamanya waspada dan ingat,Ingat akan pertanda yang adadi  ersuasi,Menjadi kekuatannya asal-usul, supaya lepas dari sengsara.Begitulah memelihara hidup.
02 Marma den taberi kulup, angulah lantiping ati, rina wengi den anedya, pandak-panduking pambudi, bengkas kahardaning driya, supadya dadya utami.
Maka rajinlah anak-anakku,Belajar menajamkan hati,Siang malam berusaha,merasuk ke dalam sanubari,melenyapkan nafsu pribadi,Agar menjadi (manusia) utama.
03 Pangasahe sepi samun, away esah ing salami, samangsa wis kawistara, lalandhepe mingis-mingis,  ersu wukir reksa muka, kekes srabedaning budi.
Mengasahnya di alam sepi (semedi),Jangan berhenti selamanya,Apabila sudah kelihatan,tajamnya luar biasa,mampu mengiris gunung penghalang,Lenyap semua penghalang budi.
04 Dene awas tegesipun, weruh warananing urip, miwah wisesaning tunggal, kang atunggil rina wengi, kang mukitan ing sakarsa, gumelar ngalam sakalir.
Persuasi artinya,tahu penghalang kehidupan,serta kekuasaan yang tunggal,yang bersatu siang malam,Yang mengabulkan segala kehendak,terhampar alam semesta.
05 Away sembrana ing kalbu, wawasen wuwus sireki, ing kono yekti karasa, dudu ucape pribadi, marma den sembadeng sedya, wewesen praptaning uwis.
Hati jangan lengah,Waspadailah kata-katamu,Di situ tentu terasa,bukan ucapan pribadi,Maka tanggungjawablah,  perhatikan semuanya sampai  tuntas.
06 Sirnakna semanging kalbu, den waspada ing pangeksi, yeku dalaning kasidan, sinuda saka satitik, pamotahing nafsu hawa, jinalantih mamrih titih.
Sirnakan keraguan hati,waspadalah terhadap pandanganmu,Itulah caranya berhasil,Kurangilah sedikit demi sedikit godaan hawa nafsu,Latihlah agar terlatih.
07 Away mamatuh malutuh, tanpa tuwas tanpa kasil, kasalibuk ing srabeda, marma dipun ngati-ati, urip keh rencananira, sambekala den kaliling.
Jangan terbiasa berbuat aib,Tiada guna tiada hasil,terjerat oleh aral,Maka berhati-hatilah,Hidup ini banyak rintangan,Godaan harus dicermati.
08 Upamane wong lumaku, marga gawat den liwati, lamun kurang ing pangarah, sayekti karendet ing ri, apese kasandhung padhas, babak bundhas anemahi.
Seumpama orang berjalan,Jalan berbahaya dilalui,Apabila kurang perhitungan,Tentulah tertusuk duri,celakanya terantuk batu,Akhirnya penuh luka.
09 Lumrah bae yen kadyeku, atetamba yen wis bucik, duwea kawruh sabodag, yen ta nartani ing kapti, dadi kawruhe kinarya, ngupaya kasil lan melik.
Lumrahnya jika seperti itu,Berobat setelah terluka,Biarpun punya ilmu segudang,bila tak sesuai tujuannya,ilmunya hanya dipakai mencari nafkah dan pamrih.
10 Meloke yen arsa muluk, muluk ujare lir wali, wola-wali nora nyata, anggepe pandhita luwih, kaluwihane tan ana, kabeh tandha-tandha sepi.
Baru kelihatan jika keinginannya muluk-muluk,Muluk-muluk bicaranya seperti wali,Berkali-kali tak terbukti,merasa diri pandita istimewa,Kelebihannya tak ada,Semua bukti sepi.
11 Kawruhe mung ana wuwus, wuwuse gumaib baib, kasliring titik tan kena, mancereng alise gatik, apa pandhita antige, kang mangkono iku kaki.
Ilmunya sebatas mulut,Kata-katanya di gaib-gaibkan,Dibantah sedikit saja tidak mau, mata membelalak alisnya menjadi satu,Apakah yang seperti itu  pandita palsu,..anakku ?
12 Mangka ta  ersuasiv laku, lakune ngelmu sajati, tan dahwen pati openan, tan panasten nora jail, tan njurungi ing kaardan,  ersu eneng mamrih ening.
Padahal yang disebut “laku”,sarat menjalankan ilmu sejati tidak suka omong kosong dan tidak suka memanfaatkan hal-hal sepele yang bukan haknya,Tidak iri hati dan jail,Tidak melampiaskan hawa nafsu. Sebaliknya, bersikap tenang agar menggapai keheningan jiwa.
13 Kunanging budi luhung, bangkit ajur ajer kaki, yen mangkono bakal cikal, thukul wijining utami, nadyan bener kawruhira, yen ana kang nyulayani.
Luhurnya budipekerti,pandai beradaptasi, anakku !Demikian itulah awal mula,tumbuhnya benih keutamaan,Walaupun benar ilmumu,bila ada yang mempersoalkan..
14 Tur kang nyulayani iku, wus wruh yen kawruhe nempil, nanging laire angalah, katingala angemori, mung ngenaki tyasing liyan, away esak away serik.
Walau orang yang mempersoalkan itu, sudah diketahui ilmunya dangkal,tetapi secara lahir kita mengalah,berkesanlah  ersuasive,sekedar menggembirakan hati orang lain.Jangan sakit hati dan dendam.
15 Yeku ilapating wahyu, yen yuwana ing salami, marga wimbuh ing nugraha, saking heb kang Maha Suci, cinancang pucuking cipta, nora ucul-ucul kaki.
Begitulah sarat turunnya wahyu,Bila teguh selamanya,dapat bertambah anugrahnya,dari sabda Tuhan Mahasuci,terikat di ujung cipta,tiada terlepas-lepas anakku
16 Mangkono ingkang tinamtu, tampa nugrahaning Widhi, marma ta kulup den bisa, mbusuki ujaring janmi, pakoleh lair batinnya, iyeku budi premati.
Begitulah yang digariskan,Untuk mendapat anugrah Tuhan.Maka dari itu anakku,sebisanya, kalian pura-pura menjadi orang bodoh terhadap perkataan orang lain,nyaman lahir batinnya,yakni budi yang baik.
17 Pantes tinulad tinurut, laladane mrih utami, utama kembanging mulya, kamulyaning jiwa dhiri, ora yen ta ngeplekana, lir leluhur nguni-uni.
Pantas menjadi suri tauladan yang ditiru,Wahana agar hidup mulia,kemuliaan jiwa raga.Walaupun tidak persis, seperti nenek moyang dahulu.
18 Ananging ta kudu-kudu, sakadarira pribadi, away tinggal tutuladan, lamun tan mangkono kaki, yekti tuna ing tumitah, poma kaestokna kaki.
Tetapi harus giat berupaya, sesuai kemampuan diri,Jangan melupakan suri tauladan,Bila tak berbuat demikian itu anakku,pasti merugi sebagai manusia.Maka lakukanlah anakku !

Share:
Categories

GEGURITAN

Geguritan yaiku puisi jawa gagrag anyar kang ora kaiket dening paugerahan tertamtu. Bebas jumlah larik larik ukara ing saben pada, jumlahe pada, pilihan basa kang digunakake, maksude panggurit ana kang nggunakake purwakanthi kadhang ora migunakake purwakhanti. Geguritan kang migunakake purwakanthi yen dirunngokake luwih kepenak(luwih nges). Supaya luwih cetha wacanen paugerane geguritan.
 Geguritan iku iketaning basa kang awujud syair. Mula ana kang ngarani syair Jawa gagrag anyar. Tembung geguritan asale saka tembung gurita , tembung gurita owah-owahan saka tembung gerita. Tembung gerita linggan Gita, tegese tembang utawa syair.  Geguritan Jawa sakawit tinemu ing lagu-lagu dolanan, saiki mujudake wohing kasusastran puisi kang warna-warna wujuding dhapukane (Subalidinata, 1994 : 45) Adhedhasar dhapukaning ukara lan pangrakiting tembung, werna-werna araning geguritan, kaya ing ngisor iki: 
Syair rong gatra sapada = gita dwigatra
Syair telung gatra sapada = gita trigatra
Syair patang gatra sapada = gita catur gatra
Syair limang gatra sapada = gita panca gatra
Syair nem gatra sapada = gita sadgatra
Syair pitung gatra sapada = gita sapta gatra
Syair wolung gatra sapada = gita hastha gatra
Syair sangang gatra sapada = gita nawa gatra
Syair dhapur sonata
Syair bebas
Kapirid saka wujud lan isine, geguritan iku bisa kaperang dadi loro, yaiku geguritan gagrag lawas utawa geguritan tradhisional lan geguritan gagrag anyar utawa geguritan modern.
a.       Geguritan gagrag lawas (geguritan tradisional) iku darbe paugeran mangkene:
·         Cacahing gatra saben sapada ora ajeg, nanging sathithike ana patang gatra.
·         Cacahing wanda saben gatrane ajeg, yaiku ana wolung wanda.
·         Dhong-dhinging swara ing saben pungkasaning gatra nganggo purwakanthi guru swara (kaya syair ing  Kasusastram Indinesia.
·         Lumrahe dipurwakani nganggo tembung sun gegurit utawa sun anggurit.
·         Geguritan gagrag lawas lumrahe isi piwulang : Upamane bab tatakrama
Tuladha Geguritan Gagrag Lawas
Sun Gegurit
Kaanan jaman saiki
Sipat pemudha-pemudhi
Srawunge saya ndadi
Raket wewekane sepi
Tan kadi duk jaman nguni
Srawung sarwa ngati-ati
Yen manut wasiteng kuna
Priya srawung lan wanita
Gampang ketaman panggodha
Nerak ing laku susila
Temah darbe jeneng ala
Wasanane tibeng papa
b.      Geguritan gagrag anyar
Dene geguritan gagrag anyar utawa geguritan modheren iku wujude wis beda karo geguritan gagrag lawas. Geguritan gagrag anyar katon luwih mardika, wis ora kaiket paugeran kaya paugerane geguritan gagrag lawas. Jalaran geguritan iki wujude memper karo puisi bebas ing kasusastran Indonesia , mula geguritan gagrag anyar ana kang ngarani “puisi bebas”. Ananging owah-owahan saka geguritan gagrag lawas tumekaning gagrag anyar iku dumadi kanthi proses. Pangripta kang miwiti nulis geguritan gagrag anyar iku R.Intoyo kanthi irah-irahan Dayaning Sastra.Mula yen dititi kanthi premati geguritan gagrag anyar utawa geguritan modheren nduweni titikan:
a.       Basane kalebu basa endah, tegese dudu basa padinan.
b.      Tetembungane pilihan, tegese ora mung waton nggunakake tembung.
c.       Sajak pungkasan mardika/bebas
d.      Isine mentes.
e.       Ana kalane nganggo lelewaning basa /gaya bahasa .
Paugerane geguritan:
1. Ora kaiket wewaton guru gatra, guru wilangan, lan guru lagu.
2. Luwih ngutamakake babagan isine kang mentes, apik, endah, lan uga becik.
3. Kanggo nambah kaendahan basa nggunakake purwakanthi sawetra bae.
4. Isi pitutur, piweling, kritik, protes, sindiran, pangresah, pamundhut, lan sapanunggalane.
Langkah Langkah kanggo mahami sawijining geguritan:
1. Wacanen geguritan kanthi permati, yen perlu dibolan baleni.
2. Gatekna hubungan larik ukara, banjur wewehana tandha kanggo munggel (jeda), upamane punggel sauntara wewehana tandha (/) lan kanggo sigeg wewehana tanda (//).
3. Golekna teges tembung tembung kang kok anggep angel, kanthi terus dieling eling, menawa tembung tembung sajarone geguritan bisa duwe teges lugu, entar, bisa uga lambang utawa gegambaran.
4. Perlu digatekaku menawa saben karangan mesthi duwe pesen utawa amanat kang kepingin disampekake marang pamaca.
5. Tambahana tembung utawa wanda saengga ukarane dadi sedherhana lan gampang dimangerteni.
Sawijining geguritan duwe struktur batin utawa hakekat sing dumadi saka: tema, suasana, nada lan amanat, kang mujudake jiwaning geguritan kang ora bisa dipisahake.
Rangkuman Geguritan:
1. Nada
Nada ing geguritan yaiku sikap batin panganggit, sing arep diekspresiake marang pamaca. Ana nada nuturi, panyaruwe, nyindhir, berontak, meri, drengki, sedhih, kuciwa, benci, bungah, lan sapanunggalane.
2. Suasana
Suasana batin pamaca, akibat sawise maca geguritan.
3. Irama
Irama uga diarani ritme, yaiku salah sijine unsure kang ana gandheng cenenge karo bab bab kang sarwa teratur
4. Pilihan Tembung
Pilihan tembung uga diarani diksi, kanggo ngasilake geguritan kang trep, pangaggit mesthi mikirake pilihan tembung kang mathuk. Dene tembung tembung kang digunakake ana kang duwe teges lugu utawa apa anane (Denotatif), Tembung kang duwe teges entar utawa ora sabenere (konotatif), gambaran utawa pralambang.
5. Tembung entar
Mujudake tembung kang tegese wis owah saka teges kang baku.
6. Pralambang
Pralambang iku kena dianggep kaya dene pasemon. Tembange liya pralampita, wujuding pralambang warna warna, ana kang wujudake gegambaran utawa pepethan, solah bawa barang utawa basa.
7. Purwakhanti
Tembung "purwa tegese wiwitan, ngarep. dene tembung "kanthi tegese kanca, gandheng, karo,nganggo. Purwakanthi kena ditegesi gandheng karo ngarep. Kang dikarepake "purwakanthi" yaiku tetembungan kang runtut karo tembung mburine, ngenani bab swarane, sastra utawa tembunge.
Purwakanthi kena digolongake dadi telu,yaiku:
a. Purwakanthi guru swara
Diarani purwakanthi guru swara, jalaran ing kono tinemu rujukan swara utawa runtuting swara siji lan sijine. Purwakanthi guru swara akeh kanggone, kayata ana ing paribasan, saloka, cangkriman, lelagon, wangsalan, parikan, geguritan, lan rumpakan liyane.
b. Purwakanthi Guru sastra
Manawa purwakanthi guru sastra ing kono sing rujuk sastrane utawa tulisane.
c. Purwakanthi Lumaksita

Tembung "lumaksita" tegese lumaku. ing kene tembung tembung, utawa ukara ing mburi runtut karo tembung tembung ngarepe. Runtuting tembung ora mesthi satembung wutuh, kadhang kala mung saperangan utawa sawanda bae. Mula ukara ukarane uga katon runtut lan sambung sinambung, kepenak dirungokake.

Share:
Categories

Busana adat Jawa

Busana adat Jawa biasa disebut dengan busana kejawen yang mempunyai perumpamaan atau pralambang tertentu terutama bagi orang Jawa yang mengenakannya. Busana Jawa penuh dengan piwulang sinandhi, kaya akan suatu ajaran tersirat yang terkait dengan filosofi Jawa. Ajaran dalam busana kejawen ini merupakan ajaran untuk melakukan segala sesuatu didunia ini secara harmoni yang berkaitan dengan aktifitas sehari – hari, baik dalam hubungannya dengan sesame manusia, dengan diri sendiri, maupun dengan Tuhan Yang Maha Kuasa pencipta segala sesuatu dimuka bumi ini. Busana Kejawen yang akan dijelaskan dibawah ini terdiri dari busana atau pakaian yang dikenakan pada bagian atas tubuh, seperti iket, udheng;bagian tubuh seperti rasukan atau bisa disebut dengan baju, jarik, sabuk, epek,timang,bagian belakang tubuh yakni keris, dan bagian bawah kaki yaitu candela.
1. Iket
Iket adalah tali kepala yang dibentuk sedemikian rupa sehingga berbentuk penutup kepala.
Cara mengenakan iket harus kenceng, kuat supaya ikatannya tidak mudah terlepas. Bagi orang Jawa arti iket adalah agar manusia memiliki pamikir atau pemikiran yang kencang, tidak mudah terombang – ambing hanya karena factor situasi atau orang lain tanpa pertimbangan yang matang
2. Udheng
Udheng dikenakan pada bagian kepala dengan cara mengenakan seperti mengenakan topi. Bila sudah dikenakan diatas kepala, iket menjadi sulit dibedakan dengan udheng karena ujudnya sama. Udheng berasal dari kata mudheng artinya mengerti dengan jelas. Maknanya manusia akan memiliki pemikiran yang kukuh bila sudah mudheng atau memahami tujuan hidupnya. Manusia memiliki fitrah untuk senantiasa mencari kesejatian hidup sebagai sangkan paraning dumadi. Makna lain dari udheng ini adalah agar manusia memiliki keahlian / ketrampilan serta dapat menjalankan pekerjaannya dengan pemahaman yang memadai karena memiliki dasar pengetahuan.
3. Rasukan
Sebagai ciptaan Yang Maha Kuasa, hendaklah manusia ngrasuk atau menganut sebuah jalan atau agama dengan kesadaran penuh menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
4. Benik
Busana Jawa seperti beskap selalu dilengkapi dengan benik ( kancing ) disebelah kiri & kanan. Lambing dari benik itu adalah bahwa manusia dalam melakukan tindakannya dalam segala hal selalu diniknik; artinya diperhitungkan dengan cermat. Apapun yang dilakukan janganlah sampai merugikan orang lain, dapat menjaga antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
5. Sabuk
Sabuk digunakan dengan cara melingkarkan di badan atau lebih tepatnya dipinggang. Sa-buk artinya hanya impas saja, ngga untung & ngga rugi. Makna sabuk adalah agar manusia menggunakan badannya untuk bekerja sungguh – sungguh, jangan sampai pekerjaannya tidak menghasilkan atau tidak menguntungkan ( buk ).
6. Epek
Persamaan Epek adalah apek; golek; mencari. Artinya dalam hidup ini, kita harus memanfaatkannya dengan mencari ilmu pengetahuan yang berguna
7. Timang
Timang adalah pralambang bahwa ilmu yang ditempuh harus dipahami dengan jelas & gamblang, agar tidak gamang atau menimbulkan rasa kuatir. (samang – samang; berasal dari kata timang )
8. Jarik
Jarik adalah kain panjang yang dikenakan untuk menutupi tubuh sepanjang kaki. Jarik artinya aja serik. Jangan mudah iri terhadap orang lain, karena iri hati hanya akan menimbulkan rasa emosional, grusa – grusu dalam menanggapi segala masalah.
9. Wiru
Mengenakan jarik atau kain selalu dengan cara mewiru ujungnya sedemikian rupa. Wiru atau wiron bisa terjadi dengan cara melipat – lipat ujung jari sehingga berwujud wiru. Wiru artinya wiwiren aja nganti kleru. Olahlah segala hal sedemikian rupa sehingga menumbuhkan rasa menyenangkan dan harmonis, jangan sampai menimbulkan kekeliruan dan disharmoni.
10. Bebed
Bebed adalah kain atau jarik yang dikenakan laki – laki. Bebed artinya manusia harus ubed yakni tekun & rajin dalam bekerja mencari rezeki.
11. Canela
Canela dijabarkan dari canthelna jroning nala, atau peganglah kuat di dalam hatimu. Canela sama dengan selop,cripu atau sandal. Canela dikenakan di kaki dengan maksud agar kita selalu menyembah lahir & batin, hanya di kaki-Nya
12. Curiga & Rangka
Curiga atau keris berujud wilahan, bilahan dan terdapat didalam warangka atau wadahnya. Curiga dan warangka adalah pralambang bahwa manusia sebagai ciptaan menyembah Tuhan sebagai penciptanya dalam sebuah hubungan kawula jumbuhing Gusti. Curiga ditempatkan di belakang artinya dalam menyembah yang Maha Kuasa hendaknya manusia bisa ngungkurake godhaning Syetan yang senantiasa mengganggu manusia ketika akan bertindak kebaikan
BLANGKON
Blangkon iku sajinis panutup sirah kanggo wongpriya sing kagawé saka bahan kain bathik utawa lurik. Blangkon sejatiné wujud modhèrn lan praktis saka iket. Ing busana tradhisional adat Jawa lan adat Sundha blangkon dianggo minangka pasangan karo busana beskap. (miturut Wikipedia)Ing jaman modern iki blangkon ana ing masyarakat Yogyakarta lan Jawa Tengah uwis wiwit  ilang seka pikiran masyarakat. Blangkon sing uwis suwe dadi budaya warga Jawa iki, mulai kegiles karo topi-topi sing dadi trend ing kalangan muda-mudi. Nek arep weruh jinis-jinis blangkon bisa mbok waca  ing ngisor iki.
Ana sawetara jinis blangkon miturut adat ing papan panggonan tinamtu.
 Jinis blangkon antara liya:
1. Blangkon Sala, saka bahan bathik ora nganggo mondholan (trèpès).
2. Blangkon Yogya, nganggo mondholan.
3. Blangkon Kedhu.
4. Blangkon Banyumas.
5. Blangkon Sundha, saka bahan bathik, ora nganggo mondholan.
Mondholan, iku wangun sing njendhol ing samburiné blangkon, makili modhèl rambut priyasing kerep dibundhel ing mburi. Blangkon modhèl trèpès, iku wujud sing umum blangkon gagrag Surakarta. Gaya iki minangka modhifikasi saka gaya Yogyakarta, amarga akèh-akèhé priya saiki arambut cendhak. Modhèl trèpès iki digawé kanthi njait langsung mondholan ing bagéan mburi blangkon. Saliyané saka suku Jawa , ana uga sawetara suku sing migunakaké panutup sirah sajinis blangkon nanging béda wujudé, yaiku suku Sundha, suku Madura, suku Bali, lan sapanunggalané.

Share:
Categories